Rumah Tangga

November 09, 2020

Empat hari belakangan, gue lagi sibuk banget ngurus mutter, dia sakit. Habis ngejalanin operasi usus buntu, operasinya lancar, Alhamdulillah. Tapi berhubung radang usus buntu mutter terlanjur pecah sebelum dioperasi, alhasil operasi kemarin menghasilkan banyak jahitan, dokter juga memberi lubang berisi selang dibagian bawah perutnya, katanya untuk tempat membuang cairan.

 

Dan karena lubang kecil itulah, mutter sering ngeluh sakit serta nyeri dibagian bawah perutnya. Anehnya setiap kali ganti perban, belum juga 15 menit kain kasa dan plasternya sudah berubah warna dari putih menjadi kuning. Mutter juga bilang rasanya gatel. Sedangkan masih ada beberapa hari lagi  jadwal mutter kontrol ke rumah sakit. Ga tega gitu setiap kali melihat mutter nahan sakit, gue ikutan stress juga sih.

 

Karena mutter sakit, akhirnya gue gantiin posisi dia untuk mengurus rumah, you can call me Kakak Rumah Tangga right now.


Gue belajar banyak soal cara mengurus rumah selama empat hari ini, yang biasanya habis subuh gue lanjut tidur, tapi sekarang gue harus bergegas ke tukang sayur untuk belanja bahan makanan. Setelah itu gue langsung masak agar mutter bisa sarapan tepat waktu. Setelah masak, gue juga harus bantu beres-beres rumah seperti nyapu, jemur pakaian, ngepel, nyuci pakaian, nyuci piring, masak nasi, nyuapin mutter, mandiin mutter, dll. Kebayangkan pagi hari gue serepot apa?!

 

Rasanya badan gue capek banget, seperti mau  remuk gitu. Start jam 6 pagi, dan baru bisa istirahat sekitar jam 10an, kadang jam 11. Dan selama kurang lebih 5 jam itu, gue bergerak secara terus menerus, mondar mandir dari dapur ke depan, ke dapur lagi, terus ke kamar. Huah

 

Belum lagi siangnya harus nyiapin makanan, sorenya jadwal mandiin mutter dan malem ngontrol bahwa semuanya baik-baik aja. Sebelum tidur gue selalu melamun dulu dan mikirin “besok masak apa ya?”

 

Gue jadi mikir, ternyata menjadi ibu rumah tangga itu berat banget ya. Harus ngontrol rumah agar tetap bersih dan rapih, menyiapkan makanan untuk keluarga, mengajar dan menemani anak belajar, mengurus semua keperluan anak dan suami, dan masih banyak lagi. Belum lagi kalau kondisi badan sendiri sedang kurang fit, atau repot ngurusin anggota keuarga lain yang sakit. Ga kebayang gue capeknya seperti apa.

 

Terlebih, menjadi IRT bukanlah sebuah pilihan, namun kewajiban. Mutter pernah bilang ke gue, “Perempuan, mau setinggi apapun jabatannya, tetap saja harus pintar mengurus rumah.”

 

Dan memang ada benarnya, mau sesukses apapun seorang perempuan, perannya sebagai Ibu dan Isteri tetap harus diutamakan. Karena menurut gue, kalau sholat adalah tiang agama, maka perempuan adalah tiang keluarga. Karena jika perempuan tidak melaksanakan kewajibannya dengan baik, yang rusak bukan hanya dirinya tapi juga keluarganya.

 

Lebih luar biasa jika seorang perempuan yang bisa berkarir namun tetap bisa mengurus rumah tangganya dengan baik. Pastinya dia adalah perempuan yang beruntung. Kenapa? Karena memiliki pasangan yang bisa mengimbangi kesibukkan dirinya, pengertian dan supportif. Mungkin, setelah berumah tangga nanti gue akan lebih paham, bahwa berkeluarga bukan hanya tentang menyatukan dua kepala dan hidup bersama sampai akhir. Namun juga berarti saling support, bekerjasama, dan saling memahami agar tercipta team yang baik dan sukses mencapai planning yang sudah direncanakan bersama.

 

Ya begitulah sekiranya pandangan gue tentang ber-rumah tangga. Gue sendiri masih bingung nanti mau jadi Ibu Rumah Tangga aja atau sambil berkarir diluar sana, entahlah lihat nanti aja. Semoga apapun pilihan hidup yang gue ambil, kelak gue bisa tetap mejadi ibu dan isteri yang baik untuk keluarga gue yaa --------- Aamiin

You Might Also Like

0 comments

EVERY CLOUD HAS A SILVER LINING