Perbedaan

Januari 14, 2021

Lahir dari keluarga besar yang seluruhnya adalah muslim, membuat aku bertanya-tanya apa itu toleransi beragama? Selama ini aku terbiasa hidup dengan keseragaman bukan keberagaman. Dimana dahulu aku mengira bahwa hanya Islam saja Agama yang ada di Indonesia.

 

Mungkin saat itu aku masih terlalu dini untuk mengerti toleransi, sehingga aku tidak terlalu peduli dengan adanya perbedaan. Saat memasuki sekolah dasar, keberagaman mulai jelas terlihat. Ketika aku melihat sebagian besar murid perempuan disekolahku menggunakan seragam muslim dan lainnya tidak. Awalnya ku kira itu adalah sebuah pilihan. Hingga diusiaku yang ke 7, barulah aku tahu bahwa Agama bukan hanya Islam saja.

 

Sedikit cerita, kala itu aku duduk dibangku  SD dan bertemu  dengan seorang teman, Rebecca namanya. Aku pernah bertanya, mengapa dia memakai seragam putih merah di hari jumat ketika seharusnya semua siswa memakai seragam muslim? Dia menjawab  dia bukanlah seorang muslim. Jawaban Rebeca jelas membuatku bingung dan bertanya-tanya, “Jika bukan muslim, lalu dia orang apa?” dengan polosnya aku mengira bahwa Islam adalalah salah satu Suku atau Ras yang ada di Indonesia.

 

Mungkin karena aku terlalu minim pengetahuan atau aku yang sedikit terlambat mengenal Keberagaman. Aku pun mulai mencari tahu,

“Apa itu toleransi?”

“Bagaimana cara bertoleransi?”

“Kenapa kita bisa hidup ditempat yang sama, cara yang sama, budaya yang sama, namun berbeda Keyakinan?”

“Apa yang mereka sembah? Apakah sama dengan yang aku sembah?”

 

Perjalananku untuk mengetahui lebih luas tentang toleransi beragama tidaklah sebentar. Aku tidak langsung mendapatkan jawaban saat itu juga. Bahkan meskipun aku sudah tahu adanya agama selain Islam, tetap saja dulu aku suka mengejek dan mencela teman-temanku yang tidak seiman denganku, menganggap mereka aneh, dan tidak boleh didekati. Tidak terbayang olehku bagaimana perasaan mereka  karna menjadi kaum minoritas, yang terus menerus dipandang sebelah mata. Seiring bertambahnya usia, pengalaman, pengetahuan, barulah aku dapat menyimpulkan definisi bertoleransi menurutku sendiri.

 

Dibangku sekolah menengah aku mulai berteman dan bersahabat dengan mereka, teman-teman minoritasku. Aku memberanikan diri untuk bertanya dan mencaritahu banyak hal tentang keyakinan mereka, mulai dari sejarah dibalik  hari besar keagamaannya, hal-hal yang boleh dan dilarang oleh agamanya, bagaimana agamanya memandang agama lain, cara mereka beribadah, dan masih banyak lagi.

 

Faktanya, dari merekalah aku baru memahami toleransi lebih dalam melebihi pemahaman yang selama ini aku dapatkan dari guru agamaku disekolah atau guru ngajiku diluar sekolah. Bahkan, keluargaku sendiri tidak memberi pemahaman kepadaku lebih jauh tentang bagaimana cara bertoleransi dengan umat beragama lain.

 

Bertoleransi bagiku lebih dari sekadar saling mengharagai dan memberi ruang kepada masing-masing umat beragama agar dapat melaksanakan kewajibannya terhadap Tuhan YME. Tapi lebih dari itu, bertoleransi berarti melaksanakan Rukun Iman yang ketiga, yaitu percaya kepada Kitab-kitab Allah. Karena aku yakin, setiap Kitab yang Allah turunkan pasti mengajarkan kebaikan. Itu mengapa aku tidak suka ketika ada seseorang yang berstatus sebagai pelaku keajahatan, tapi justru agamanyalah yang disudutkan.

 

Misalkan saja tindakan terorisme, sudah bisa aku tebak ketika kita mendengar kata “teroris” hampir pasti yang terlintas dibenak kita adalah "Islam." Mengecewakan memang ketika agama dijadikan bahan politik. Terlebih saat ini Isalam mendapat banyak pandangan negative dari beragai pihak. Bahkan di Negara yang mayoritasnya Islam sekalipun tidak membuat nama Islam bersih dari stigma negative yang masyarakat berikan.

 

Sesekali masih aku temui orang-orang yang menertawakan wanita-wanita bercadar, padahal itu pilihan hidup yang mereka inginkan. Meskipun terlihat sedikit ekstream, tetap saja kita tidak punya hak untuk menganggu kebebasan mereka bereskpresi melalui pakaian yang mereka gunakan. Sama halnya dengan wanita bercadar yang tidak berhak mengomentari wanita berpakaian terbuka. Karena menghargai pilihan hidup orang lain merupakan contoh kecil dari sebuah toleransi, kan?

 

Atau kisah lainnya yang pernah terjadi di Indonesia, yakni kisah seorang yang melakukan penistaan terhadap agama lain. Bukan hanya pelaku tersebut yang mendapat hukuman, tapi juga agama yang dianutnya. Semua orang berbondong-bondong menghina agamanya, menyerang Tuhan dan Keyakinannya. Membuat semua penganut agama yang sama dengan sang pelaku, merasa kecewa dan sakit hati. Apakah saling mendendam adalah sebuah tindak nyata dari arti kata "bertoleransi"?

 

Penjabaran toleransi bagiku sangatlah luas, bahkan hingga saat ini aku masih belajar untuk lebih bisa menerima perbedaan. Toleransi tidak hanya bicara tentang saling menghargai, tapi juga memaafkan, mengikhlaskan, dan menerima perbedaan itu sendiri. Karena sejatinya, bersama tidak harus sama. Kita masih bisa tetap bersama, tumbuh dan besar dilingkungan yang sama, hidup dengan kebiasaan yang sama, meskipun ditengah perbedaan yang ada dengan hadirnya toleransi dan rasa syukur.

You Might Also Like

0 comments

EVERY CLOUD HAS A SILVER LINING