#Gerutu 2

Februari 05, 2021

 

“Mencoba untuk let it flow kok susah ya?”

 ------------------------------------------------------

Akhir-akhir ini kesibukan gue semakin random, ga banyak hal produktif yang gue kerjain jadi cuma mengikuti keinginan hati aja lagi pingin apa. Berkali-kali buka tutup notes buat nulis tapi ga ada ide sama sekali yang muncul. mencari inspirasi dari berbagai hal juga ga berhasil. Setelah gue pikir-pikir ternyata gue lagi banyak pikiran yang mengganggu. Akhirnya gue mulai merefresh otak dengan mencari hiburan, biasanya gue nonton.

 

Dan akhirnya selama 2 mingu ini waktu gue kebanyakan habis untuk nonton K-drama, dimulai dari drama yang bikin gue penasaran banget sampe ke drama yang gue pilih secara random aja karna posternya muncul dihalaman web. Dan ternyata seru juga. Beberapa drama yang gue tonton beberapa minggu ini mengambil background anak sekolahan. Dengan cerita yang berbeda tapi alurnya berawal dari kisah yang sama, yaitu “Perundungan”. Entah kenapa gue jadi mikir “apa bullying di Korsel semarak itu? Khususnya diusia sekolah” atau memang film dengan background sekolahan dengan alur cerita cinta segitiga dan sedikit bumbu Perundungan akan menjadi favorite orang banyak?

 

Buat gue, film bullying cuma bikin gue jadi takut. Taku-takut kalo suatu saat anak gue ngalamin hal seperti itu, takut-takut kalo ada anak kecil yang belom bisa mikir jauh dan malah mencontoh adegan di film itu, atau takut-takut kalo gue ada diposisi itu meskipun gue bukan anak sekolahan lagi. Ga tau kenapa juga masih banyak film yang mengisahkan ending yang buruk pada korban bullying. Sangat jarang yang endingnya baik.


 ------------------------------------------------------

Gue juga mikir bahwa untuk take some opinion itu, harus tau betul sudut pandang seperti apa yang jadi basenya. Mungkin karna gue tipe yang teramat sangat menolak keras sebuah Kekerasan, jadi menurut gue film yang mengangkat cerita tentang Perundungan dan kekerasan harus tau betul siapa target pasar mereka. Harus banget dibatasin film tersebut untuk umur berapa, karna gue yang udah tuwir aja masih khawatir setiap kali nonton adegan seperti gitu. Rasanya pingin banget bantuin si korban bullying.

 

Gue juga gatau kenapa gue harus terlalu terbawa suasana dengan semua settingan tersebut, padahal gue jelas-jelas tau itu cuma akting. Apa gue yang terlalu berlebihan atau gimana, entahlah. Sampe-sampe setiap kali gue nonton film tuh selalu aja mulut gue ga berhenti ngoceh. “kenapa endingnya gini?”, “udah ceritanya gitu doang?”, “kenapa tokoh utamanya begini?”, dan kenapa kenapa lainnya. Kenapa gue ga bisa yang pasrah aja kayak “yaudahlah emang scenario filmnya begitu.”


 ------------------------------------------------------

Sama kayak kehidupan yang gue jalani, gue emang paling ga bisa yang namanya “hidup ikutin alur”. Minimal ada 1 atau 2 hal yang jadi target gue. Yang nantinya itu akan menjadi dorongan untuk diri gue supaya bisa terus maju.

 

Hidup let it flow dan santai memang enak, ga perlu terlalu mikirin hal-hal diluar kemampuan kita. Ya intinya kita sadar bahwa ada “Magic Hands” yang udah mempersiapkan semuanya. Tapi, bagi gue ga enak rasanya cuma duduk diam, menunggu semua disajikan didepan mata. Mana nikmat nyantapnya!

 

That’s why gue suka banget sibukin diri buat banyak belajar, meskipun gue ga jadi ambitious person, setidaknya gue nantinya tetap berhak menikmati hasil akhir dengan hati tenang karna gue ga cuma “diam nunggu” doang.

 

Gitulah celotehan gue kali ini, banyak ngalor ngidulnya, tapi semoga dapet benang merahnya ya.

You Might Also Like

0 comments

EVERY CLOUD HAS A SILVER LINING