standard yang dipaksakan
Maret 08, 2021Konon katanya, jika menikah tanpa restu keluarga maka pernikahan kita tidak akan bahagia. Lalu apakah keluarga akan puas melihat orang yang mereka cintai menderita?
Setiap keluarga mempunyai standard yang berbeda-beda. Ada yang lenggowo aja, tapi tidak sedikit juga yang pilah-pilih siapa yang boleh atau tidak boleh masuk menjadi anggota keluarganya.
Misal, pinginnya hanya dengan orang yang berpendidikan tinggi, background keluarga yang baik, memiliki pekerjaan tetap, ras tertentu, atau harus siap secara finansial. Secara realistis memang semua itu kita butuhkan untuk menunjang kehidupan duniawi yang lebih baik, tapi apakah semua itu menjamin kita bahagia?
Standarisasi yang sudah tertanam di masyarakat luas membuat hidup lebih berat karna semakin tingginya gengsi yang ada. Orang-orang menjadi begitu pemilih, bahkan ada yang tidak ragu menolak pernyataan cinta dari seseorang dengan dalih bahwa "Dia" tidak memenuhi kriteria pasangan seperti apa yang kita punya. Tanpa berfikir apakah itu menyakiti orang tersebut atau tidak.
Tentunya saat kita membuat kriteria-kriteria calon pasangan yang diidamkan, ada baiknya kita juga bercermin agar dapat mengingatkan diri sendiri sudah dititik mana diri kita saat ini. Apa kualitas diri yang kita punya, apakah pantas jika disandingkan dengan kriteria pasangan yang kita idamkan?
"Jika kamu belum siap untuk menerima diri sendiri, bagaimana kamu bisa menerima orang lain." Begitu cara aku mengingatkan diriku supaya tidak terlalu menuruti ekspetasi
Semakin sering manusia menuruti egonya, maka semakin bertambah pula ekpetasinya. Dan ketika apa yang mereka dapatkan tidak sesuai standard, maka mereka akan memaksakan dirinya untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Meski sebenarnya apa yang mereka miliki saat ini sudah sangat cukup, sayangnya mata dan hati mereka tertutup oleh ego semata.
Tidak jarang juga aku mendengar orang-orang berkata seperti ini,
"Cari pasangan yang kerja di perusahaan besar, supaya masa depanmu baik, kamu kan cantik"
"Udah nikah aja sama si anu kan dia kerja di perusahaan blablabla, jaman sekarang yg penting duitnya"
"Nikahin aja anaknya sama si blablabla, diakan udah S2."
"Kamu pasangannya siapa sekarang? Kerja dimana? Jangan asal pilih pasangan, kamu kan cakep jadi harus cari yang cakep juga"
Kata-kata diatas sungguh sangat menambah beban pikiran dan menambah keraguan atas apa yang sudah kita miliki dan akhirnya bagi yang sudah mempunyai pasangan (pacar) akan dihantui oleh keragu-raguan yang tidak terarah. Karna merasa kalau pasangan mereka belum sesuai standard keluarga, atau belum cukup untuk bisa dibanggakan. Padahal, terlepas dari semua itu awalnya kalian dan pasangan bahagia-bahagia saja. Bisa saling menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tapi karna mendengar komentar orang sekitar, kalian menjadi ragu dan terbesit untuk mencari pasangan baru.
Aku pun masih heran dengan mereka yang terlalu mengatur siapa dan apa yang pantas untuk orang lain miliki. Padahal kebutuhan setiap orang berbeda-beda, dan jodoh juga sudah ditentukan oleh Tuhan.
Terlebih banyak kasus diatas yang berakhir menjadi sebuah ancaman bagi kita yang menjalankan. Misal, jika tidak menuruti kriteria keluarga, maka keluarga akan terus mencela dan membandingkan pasangan kita dengan orang lain. Kemudian mereka dengan sangat jelas menunjukkan ketidaksukaannya terhadap pasangan kita, seolah tidak memberi restu dan mengutuk kita dan pasangan agar segera berpisah.
Bukannya setiap manusia memiliki haknya masing-masing?
Kita semua sama, kita semua setara. Bebas memilih siapa yang akan menjadi pendamping hidup kita. Bebas menjalani hidup dengan prinsip yang kita bangun. Bebas menentukan seperti apa kriteria yang kita inginkan.
Bagiku, standarisasi hanya berlaku untuk diri kita sendiri. Jangan paksakan standard kita ke orang lain, dan sebaliknya. Jangan gunakan standard orang lain untuk diri kita, karna setiap orang pasti memliki selera yang berbeda. Jika pendapat saja tidak bisa disamakan, bagaimana bisa pola pikir dan prinsip kita dipaksa untuk sama?
Buatlah standard kita sendiri, jangan terpengaruh dengan apa yang orang lain katakan tentang standard kita. Karna setiap diri kita adalah unik. Berbeda dan tidak bisa disamakan.
0 comments