Teruntuk Kamu

September 25, 2020

Teruntuk kamu yang sedang mengisi ruang dihati,

 

Ingatkah dengan perdebatan-perdebatan kecil yang seringkali hadir diantara kita,  masalah yang selalu berusaha memecahkan hubungan, membuat kita merasa ingin berjarak saja. Walaupun pada akhirnya kita tidak pernah saling pergi, karena kita yakin semua masalah punya penyelesaiannya. Kemudian kita memilih untuk menyingkirkan ego masing-masing, demi bisa meluruskan dan menyelesaikan semua. Sedangkan rasa rindu terus hadir dan semakin menggebu kala perdebatan panjang nan melelahkan perlahan meredup, seolah tidak ingin membiarkan kita untuk berpisah. Meskipun hati kita sedang lelah yang disebabkan oleh masalah yang sedang kita hadapi, entah masalahmu, masalahku atau masalah kita.

 

Aku sadar apa yang aku punya saat ini bukanlah sesuatu yang benar-benar aku miliki, dan bisa saja suatu saat semuanya akan hilang dan tidak kembali. Hingga kelak langkah kita hanya akan menjadi jejak-jejak yang memudar, suara yang bergemapun perlahan terdengar samar, tawa lepas perlahan sayup senyap diingatan. Semua hanya tinggal bayang, dan aku kembali sendirian.

 

Sebelum saat itu tiba, bukankah akan menyenangan jika kita menyebarkan lebih banyak jejak kita dibumi, menceritakan banyak hal agar suaramu tetap terdengar dan cerita tentangmu akan terus terkenang, lalu membuat lebih banyak lagi hari-hari bahagia agar tawamu tetap lepas ke alam bebas. Karena aku yakin langit akan mengingat semua itu. Cerita-cerita tentang kita, dan kenangan-kenangan yang suatu saat  hanya akan menjadi bayang.

 

Ingatkah kamu, suatu hari aku bercerita padamu tentang hubungan yang mejenuhkan dan pertemuan yang semakin lama malah semakin membosankan, kemudian aku bertanya “Apa sebabnya?”. Dengan tenang kamu menjawab, “Kuantitas tidak menjamin pertemuan menjadi suatu hal menarik, tapi Kualitas yang bisa menjamin itu.”

 

Dan aku sadar bahwa apa yang aku pikirkan tidak seburuk itu, selama waktu yang kita punya diisi dengan hal-hal berkualitas. Meskipun jika diingat kembali, tidak akan ada yang abadi.

 

Karena sejatinya, yang datang akan pergi, dengan berbagai alasan yang juga telah disediakan. Mungkin karena jenuhnya, perbedaan yang tidak bisa disamakan, orang baru, ketidakpastian, kesabaran yang tak dihargai, rasa kecewa, belum siap, atau memang sudah dipenghujung usia untuk kembali berpulang. Dan kamu  tahu apa harapku? Dari sekian banyaknya alasan untuk sebuah perpisahan, aku harap pilihan yang terakhirlah yang kita pilih menjadi alasan ketika pamit pergi. 





 

Spt 25,20

You Might Also Like

0 comments

EVERY CLOUD HAS A SILVER LINING